Pengenalan Rune Kuno
I. Step One: Introduction About Ancient Rune
Rune
Kuno adalah suatu studi mengenai huruf-huruf atau simbol-simbol rune.
Rune sendiri adalah alfabet Jerman kuno (yang bagi beberapa orang mirip
tulisan paku) yang digunakan di Eropa Utara, Skandinavia, Kepulauan
Britania, serta Islandia sejak tahun 100 B.C.E. hingga 1600 C.E.
Huruf/simbol
rune ini memiliki kaitan erat dengan kepercayaan masyarakat kuno,
dimana mereka mempercayai bahwa setiap dewa memiliki kekuasaan dan tugas
yang dialirkan ke batu-batu rune, sehingga memiliki kekuatan magis
bagi penggunanya. Karena itu, selain untuk menulis, rune juga digunakan
dalam sihir dan ramalan. Kata ramalan (divination) sesungguhnya tidak
tepat, sebab apa yang disebut dengan runecasting itu tidaklah
benar-benar memperlihatkan pada kita masa depan sesungguhnya, melainkan
hanya memberi gambaran dan petunjuk (oracle, red.). Mengenai sihir
dengan menggunakan Rune, ada beberapa bentuk, di antaranya sihir
menggunakan bind-runes dan runic scripts.
Ada banyak
variasi alphabet rune atau lebih dikenal dengan nama ’futhark’. Setiap
versi memiliki nama, bentuk, arti, dan makna esoterik (hanya dimengerti
orang-orang tertentu saja), dan kekuatan magis. Satu variasi tidak
bisa sembarangan digabungkan dengan variasi yang lain, karena artinya
bisa sangat membingungkan. Adapun tiga jenis alfabet rune yang paling
dikenal oleh dunia modern adalah Elder Futhark atau Old Germanic Rune
yang memiliki 24 rune dan merupakan rune tertua, Younger Futhark yang
memiliki lebih sedikit rune dan umumnya digunakan di Skandinavia, serta
Anglo-Saxon Futhorc yang merupakan pengembangan dari alfabet rune
sebelumnya.
II. Step Two: Elder Futhark, The Most Ancient Rune
Elder
Futhark atau Old Germanic Rune, merupakan versi tertua dari alfabet
rune. Termasuk ke dalam rumpun bahasa Proto-Germanic, Proto-Norse,
Gothic, serta Alamannic, futhark ini diturunkan dari alfabet Italia
lama, serta digunakan oleh bangsa-bangsa Germanic pada abad ke-2 hingga
ke-8 sebagai ukiran pada artifak dan batu rune.
Selama
beberapa abad, Elder Futhark merupakan abjad rune yang paling umum
digunakan di Eropa Utara, meski lama-kelamaan, terutama di Skandinavia,
abjad rune yang satu ini mengalami perubahan menjadi Younger Futhark
yang jumlah simbolnya lebih sedikit, sementara bangsa Anglo-Saxon dan
Frisian mengembangkannya menjadi Anglo-Saxon Futhorc. Sejak itu,
pengetahuan tentang bagaimana membaca suatu teks dengan alfabet Elder
Futhark dan segala sesuatu yang berhubungan dengan rune tersebut mulai
terlupakan.
Kata ‘Futhark’ sendiri berasal dari
inisial-inisial nama enam huruf/simbol pertama abjad rune ini. Elder
Futhark, seperti yang telah kita ketahui, memiliki dua puluh empat
simbol. Simbol-simbol itu kemudian terbagi menjadi tiga grup berisi
delapan simbol rune yang disebut Aett (Aettir dalam bentuk jamak), yang
akan dijelaskan di bawah.
III. Step Three: Knowing A Little More About The Three
Seperti
yang dikatakan sebelumnya, Elder Futhark terbagi dalam tiga buah
Aettir. Aett (bentuk tunggal dari Aettir) berarti delapan dalam bahasa
Norse Lama, dan dalam Elder Futhark, Aett berarti sebuah grup yang
berisi delapan simbol rune. Aettir ini digunakan untuk memudahkan
mengingat urutan simbol rune, dan juga memiliki kegunaan yang signifikan
dalam hal-hal magis. Ketika berhubungan dengan penggunaan rune dalam
ramalan (atau lebih tepatnya, runecasting), Aettir sering diasosiasikan
dengan dewa tertentu. Adapun Aettir yang kita kenal adalah Freyja’s
Aett, Hagal’s Aett dan Tyr’s Aett
Aett pertama adalah
Freyja’s Aett, yang sesuai namanya, bernaung pada Dewi Kematian, Cinta
dan Magis bangsa Norse: Freyja. Aett ini dihubungkan dengan penciptaan
dunia, ras-ras yang mendiaminya, serta para dewa-dewi-nya. Rune dalam
Aett ini memiliki pengaruh untuk membuat segala sesuatunya dimulai.
Dalam runecasting, rune-rune dalam Freyja’s Aett mengekspresikan
prinsip-prinsip dasar kehidupan, seperti uang, kesehatan, konflik,
kecerdasan, control, pengetahuan, keseimbangan dan kesenangan—hal-hal
praktis. Ia juga banyak digunakan dalam pertanyaan mengenai cinta atau
keluarga, sesuai dengan pemilik Aett ini, Freyja.
Aett
kedua adalah Hagal’s Aett. Ada perbedaan pendapat mengenai siapa
’pemilik’ Aett kedua ini. Ada yang mengatakan bahwa Aett ini dinaungi
oleh Hel, Dewi Kematian dan Underworld, sesuai dengan kenyataan bahwa
dua rune pertama dalam Aett ini memiliki sifat alami yang sedikit
’keras’. Sebagian lain mengatakan bahwa Aett ini dimiliki oleh
Heimdall, The Watcher. Bagaimanapun, ada satu kesepahaman bahwa Aett
ini berkorespondensi dengan kekuatan di luar pengaruh manusia dan
dengan pengertian secara kosmis. Rune-rune dalam Hagal’s Aett
merepresentasikan kekuatan-kekuatan seperti Norns, waktu, Wyrd, dan
pengembangan spiritual. Ia juga berelasi dengan permasalah emosional
dan kondisi psikologis suatu individu.
Aett terakhir
adalah Tyr’s Aett, yang bernaung di bawah sang Dewa Perang dan
Keadilan, Tyr. Aett ini diasosiasikan dengan pengalaman-pengalaman yang
membentuk atau mengubah kehidupan manusia. Ia berkaitan dengan kondisi
manusia, aspek sosial, dan transformasi sosial. Aett terakhir ini
jelas ‘melebihi’ dua Aett sebelumnya, di mana ia berhubungan erat
dengan relasi antar umat manusia selain juga berhubungan dengan
kehidupan seksual. Aett pertama memiliki kaitan erat dengan dunia
luar/materi, Aett kedua berhubungan dengan inner world atau dunia
spiritual, sementara Aett ketiga memadukan kedua dunia tersebut dan
kebanyakan rune pada Aett ini memiliki arti ganda yang meliputi kedua
aspek tersebut.
IV. Step Four: A Deeper View of Hagal’s Aett
Setiap
simbol rune memiliki arti dan makna secara magis. Pertama-tama, kita
memiliki nama sebuah simbol, kemudian nilai fonetisnya, lalu hal yang
dilambangkan rune tersebut dan pada akhirnya, makna esoterik dari simbol
rune tersebut digunakan dalam apa yang kita sebut sebagai runecasting.
Jika sebuah rune terbalik, dalam artian simbolnya masih terlihat,
hanya saja terputar 180 derajat, ia memiliki arti dan makna yang
berbeda dari rune yang jatuh tegak. Beberapa Rune terlihat sama ketika
jatuh tegak atau terbalik, namun sama seperti simbol-simbol Rune lain
yang terlihat berbeda ketika jatuh terbalik, mereka dapat jatuh secara
merkstave (secara harfiah berarti ’ranting gelap’). Ketika jatuh
terbalik atau merkstave (tertelungkup), sebuah rune memiliki arti yang
berbeda dari ketika ia jatuh tegak. Bagaimanapun, arti dan makna dari
rune yang jatuh secara terbalik atau merkstave tidaklah selalu
merupakan kebalikan atau lawan dari arti dan maknanya ketika jatuh
tegak. Mereka umumnya justru memiliki konotasi yang lebih negatif
daripada arti dan makna rune yang jatuh tegak.
Hagal’s Aett,
seperti yang telah dibahas sebelumnya, adalah Aett yang berhubungan
dengan kondisi psikologis dan emosional dari suatu individu. Kedelapan
huruf di dalamnya pun berkorespondensi dengan kekuatan di luar pengaruh
manusia dan dengan pengertian secara kosmis. Rune-rune dalam Hagal’s
Aett merepresentasikan kekuatan-kekuatan seperti Norns, waktu, Wyrd,
dan pengembangan spiritual. Singkat kata, Aett ini adalah Aett
pengembangan akan kesadaran spiritual dan magis, pertumbuhan psikologis
dan evolusi diri.
Selain memiliki inti arti yang sama
secara umum, kedelapan simbol dalam Hagal’s Aett juga memiliki arti dan
makna spesifik yang berbeda-beda. Makna masing-masing rune sendiri
berkaitan erat dengan lambangnya, di mana satu simbol rune melambangkan
satu arti, dan kemudian menghasilkan beberapa makna esoterik yang
didasarkan pada kepercayaan dan asosiasi lambang tersebut terhadap
sesuatu hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar